Januari 2015, MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) akan diberlakukan di seluruh negara yang ada di
kawasan Asia Tenggara. Pada saat itu, seluruh aktivitas dan transaksi
masyarakat antar negara di ASEAN akan menjadi mudah seperti halnya saat ini
kita beraktivitas dan transaksi dengan masyarakat antar wilayah dan pulau di
Indonesia, bebas tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan para pengusaha dan
pemerintah tiga negara (Indonesia, Thailand dan Malaysia) pun telah diselenggarakan
dalam rangka menyambut MEA 2015 yang diinisiasi oleh Gubernur Aceh, Zaini
Abdullah. Inisiatif pemerintah Aceh menyelenggarakan pertemuan tersebut patut
diacungi jempol karena pertemuan tersebut telah memberikan kesadaran dan
peringatan dini kepada masyarakat Aceh bahwa MEA 2015 akan segera tiba dan
masyarakat Aceh harus mengambil peran aktif sebagai playmaker bukan penonton lagi.
Apalagi saat ini masyarakat Aceh sudah cukup merasakan keamanan dan
kenyamanan dalam beraktivitas di tanah serambi mekkah setelah sekian lama hidup
dalam konflik yang berkepanjangan dan
bencana tsunami. Inilah momen yang tepat sebagai titik balik masyarakat Aceh
untuk mengembalikan kejayaan masa lampau. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh
masyarakat Aceh
Perubahan Mental dan Pola Berpikir
Masyarakat Aceh
dulu dikenal sebagai masyarakat dengan mental pejuang yang gigih pantang
menyerah dan mampu bersaing secara terbuka dan sehat. Mengembalikan mental
masyarakat Aceh seperti dulu adalah hal pertama yang penting untuk dilakukan.
Hal kedua yang juga penting adalah membentuk pola pikir masyarakat Aceh yang
maju. Pola berpikir yang tenang dengan pemikiran dan ide cerdas (intelektual),
hati (nurani) yang ikhlas dan iman yang
kuat, bukan hanya mengandalkan otot dan senjata apalagi hanya obrolan lepas
warung kopi yang tidak membawa perubahan apapun, selain sampah kopi dan puntung
rokok. Langkah besar yang harus
dilakukan masyarakat Aceh dalam memperkuat mental dan mempertajam pola pikir
adalah 1) kembali mempelajari dan mengilhami sejarah kejayaan Aceh masa lampau,
2) menghidupkan budaya membaca, menulis dan berbahasa inggris dalam aktivitas
pertemanan dan keluarga, 3) melakukan diskusi yang membangun secara aktif dan
berkelanjutan, 4) senantiasa membangun hubungan dan kerjasama yang baik dengan
orang non Aceh dan sesama orang Aceh dan 5) berupaya keras dan sekuat tenaga
dapat mengenyam pendidikan formal setinggi-tingginya. Keempat langkah besar ini
adalah langkah strategis yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Aceh agar
mental dan pola pikir masyarakat Aceh menjadi lebih baik dan maju. Mental dan
pola pikir yang maju adalah kunci utama masyarakat Aceh dapat menjadi pemain
dalam era MEA 2015 nanti.
Tekad Kuat Mengisi Pos Pembangunan Aceh
Saat ini Aceh
berada dalam kondisi pembangunan yang membutuhkan banyak sumber daya manusia
yang handal dan berintegritas. Bantuan dana otonomi khusus, donasi luar negeri,
investasi dalam luar negeri dan APBD Aceh merupakan sumber keuangan yang
sebenarnya sangat cukup untuk merealisasikan program program pembangunan di
Aceh secara bertahap dan berkelanjutan. Hanya saja segala bentuk pemangkasan
dana pembangunan tersebut masih kerap terjadi sehingga tidak sepenuhnya
memberikan manfaat kepada masyarakat sebagaimana mestinya. Bahkan, dana dana
tersebut sebagian besar tidak terserap dikarenakan permasalahan non teknis yang
menyebalkan. Akar permasalahan dari berbagai permasalahan di atas adalah kurangnya
sumber daya manusia yang handal dan berintegritas untuk mengisi pembangunan
Aceh. Langkah strategis menyelesaikan permasalahan ini adalah 1) SDM yang
handal dan berintegritas yang sudah ada harus menebar semangat dan kemampuan
mereka kepada sebagian besar masyarakat Aceh, 2) SDM yang handal dan
berintegritas itu juga harus bertekad mencetak pioneer-pioneer baru untuk bersama mengisi pos pembangunan di Aceh dan 3) SDM handal
yang saat ini berada di luar Aceh juga harus memberikan dukungan sekuat tenaga
dalam bentuk apapun kepada SDM yang berada di Aceh. Intinya adalah semua elemen
masyarakat harus bertekad kuat mengisi pos pembangunan di Aceh demi kemajuan
bersama bukan kemajuan pribadi, keluarga, kelompok dan golongan tertentu saja.
Memberikan Jaminan Keamanan dan Kenyamanan Bagi Investor
Sudah begitu banyak
investor ingin menanamkan modal mereka di tanah Serambi Mekkah ini. Akan tetapi
persoalan kepastian keamanan dan kenyamanan masih menjadi hambatan besar untuk
melangkah lebih lanjut terkait investasi di Aceh. Mental berjuang dan bersaing
secara sehat, pola pikir yang maju dan tekad yang kuat untuk mengisi pos
pembangunan di Aceh adalah tiga pondasi utama masyarakat Aceh dalam rangka
menghadapi MEA 2015. Ketiga pondasi tersebut dapat menstimulus kesadaran
masyarakat Aceh memberikan jaminan keamanan dan kenyaman berinvestasi di Aceh,
bersama jajaran TNI dan POLRI. Adanya jaminan keamanan dan kenyamanan dari
masyarakat Aceh menjadi jawaban atas keraguan investor menanamkan modalnya di
Aceh. Jaminan keamanan dan kenyamanan ini dapat dilakukan dalam bentuk deklarasi
adat atau pakta kesepemahaman (MoU). Pencitraan kondisi yang aman dan kondusif
untuk dunia investasi juga perlu dilakukan oleh masyarakat Aceh melalui sikap
dan perilaku sehari-hari.
Ketiga hal yang
telah dipaparkan di atas adalah hal-hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat
Aceh agar masyarakat Aceh dapat berfungsi sebagai playmaker MEA 2015. Momentum besar kebangkitan Aceh akan segera
tiba. Akankah masyarakat Aceh dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk
bangkit dari masa transisi atau membiarkan momentum itu lewat karena sudah puas
dan nyaman dalam kondisi yang tenang ini?
“Sejarah kepahlawanan (kebangkitan)
hanya dapat terjadi jika terdapat momentum dan kemampuan. Momentum tanpa
kemampuan tidak akan menjadi sejarah. Kemampuan tanpa ada momentum juga tidak
akan menjadi sebuah sejarah”