Kamis, 18 September 2014

MEA 2015, Masyarakat Aceh Harus Berbuat Apa?



Januari 2015, MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) akan diberlakukan di seluruh negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Pada saat itu, seluruh aktivitas dan transaksi masyarakat antar negara di ASEAN akan menjadi mudah seperti halnya saat ini kita beraktivitas dan transaksi dengan masyarakat antar wilayah dan pulau di Indonesia, bebas tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan para pengusaha dan pemerintah tiga negara (Indonesia, Thailand dan Malaysia) pun telah diselenggarakan dalam rangka menyambut MEA 2015 yang diinisiasi oleh Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Inisiatif pemerintah Aceh menyelenggarakan pertemuan tersebut patut diacungi jempol karena pertemuan tersebut telah memberikan kesadaran dan peringatan dini kepada masyarakat Aceh bahwa MEA 2015 akan segera tiba dan masyarakat Aceh harus mengambil peran aktif sebagai playmaker bukan penonton lagi.  Apalagi saat ini masyarakat Aceh sudah cukup merasakan keamanan dan kenyamanan dalam beraktivitas di tanah serambi mekkah setelah sekian lama hidup dalam  konflik yang berkepanjangan dan bencana tsunami. Inilah momen yang tepat sebagai titik balik masyarakat Aceh untuk mengembalikan kejayaan masa lampau. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh masyarakat Aceh

Perubahan Mental dan Pola Berpikir
Masyarakat Aceh dulu dikenal sebagai masyarakat dengan mental pejuang yang gigih pantang menyerah dan mampu bersaing secara terbuka dan sehat. Mengembalikan mental masyarakat Aceh seperti dulu adalah hal pertama yang penting untuk dilakukan. Hal kedua yang juga penting adalah membentuk pola pikir masyarakat Aceh yang maju. Pola berpikir yang tenang dengan pemikiran dan ide cerdas (intelektual), hati  (nurani) yang ikhlas dan iman yang kuat, bukan hanya mengandalkan otot dan senjata apalagi hanya obrolan lepas warung kopi yang tidak membawa perubahan apapun, selain sampah kopi dan puntung rokok.  Langkah besar yang harus dilakukan masyarakat Aceh dalam memperkuat mental dan mempertajam pola pikir adalah 1) kembali mempelajari dan mengilhami sejarah kejayaan Aceh masa lampau, 2) menghidupkan budaya membaca, menulis dan berbahasa inggris dalam aktivitas pertemanan dan keluarga, 3) melakukan diskusi yang membangun secara aktif dan berkelanjutan, 4) senantiasa membangun hubungan dan kerjasama yang baik dengan orang non Aceh dan sesama orang Aceh dan 5) berupaya keras dan sekuat tenaga dapat mengenyam pendidikan formal setinggi-tingginya. Keempat langkah besar ini adalah langkah strategis yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Aceh agar mental dan pola pikir masyarakat Aceh menjadi lebih baik dan maju. Mental dan pola pikir yang maju adalah kunci utama masyarakat Aceh dapat menjadi pemain dalam era MEA 2015 nanti.

Tekad Kuat Mengisi Pos Pembangunan Aceh
Saat ini Aceh berada dalam kondisi pembangunan yang membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal dan berintegritas. Bantuan dana otonomi khusus, donasi luar negeri, investasi dalam luar negeri dan APBD Aceh merupakan sumber keuangan yang sebenarnya sangat cukup untuk merealisasikan program program pembangunan di Aceh secara bertahap dan berkelanjutan. Hanya saja segala bentuk pemangkasan dana pembangunan tersebut masih kerap terjadi sehingga tidak sepenuhnya memberikan manfaat kepada masyarakat sebagaimana mestinya. Bahkan, dana dana tersebut sebagian besar tidak terserap dikarenakan permasalahan non teknis yang menyebalkan. Akar permasalahan dari berbagai permasalahan di atas adalah kurangnya sumber daya manusia yang handal dan berintegritas untuk mengisi pembangunan Aceh. Langkah strategis menyelesaikan permasalahan ini adalah 1) SDM yang handal dan berintegritas yang sudah ada harus menebar semangat dan kemampuan mereka kepada sebagian besar masyarakat Aceh, 2) SDM yang handal dan berintegritas itu juga harus bertekad mencetak pioneer-pioneer  baru untuk bersama mengisi pos pembangunan di Aceh dan 3) SDM handal yang saat ini berada di luar Aceh juga harus memberikan dukungan sekuat tenaga dalam bentuk apapun kepada SDM yang berada di Aceh. Intinya adalah semua elemen masyarakat harus bertekad kuat mengisi pos pembangunan di Aceh demi kemajuan bersama bukan kemajuan pribadi, keluarga, kelompok dan golongan tertentu saja. 

Memberikan Jaminan Keamanan dan Kenyamanan Bagi Investor
Sudah begitu banyak investor ingin menanamkan modal mereka di tanah Serambi Mekkah ini. Akan tetapi persoalan kepastian keamanan dan kenyamanan masih menjadi hambatan besar untuk melangkah lebih lanjut terkait investasi di Aceh. Mental berjuang dan bersaing secara sehat, pola pikir yang maju dan tekad yang kuat untuk mengisi pos pembangunan di Aceh adalah tiga pondasi utama masyarakat Aceh dalam rangka menghadapi MEA 2015. Ketiga pondasi tersebut dapat menstimulus kesadaran masyarakat Aceh memberikan jaminan keamanan dan kenyaman berinvestasi di Aceh, bersama jajaran TNI dan POLRI. Adanya jaminan keamanan dan kenyamanan dari masyarakat Aceh menjadi jawaban atas keraguan investor menanamkan modalnya di Aceh. Jaminan keamanan dan kenyamanan ini dapat dilakukan dalam bentuk deklarasi adat atau pakta kesepemahaman (MoU). Pencitraan kondisi yang aman dan kondusif untuk dunia investasi juga perlu dilakukan oleh masyarakat Aceh melalui sikap dan perilaku sehari-hari.

Ketiga hal yang telah dipaparkan di atas adalah hal-hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat Aceh agar masyarakat Aceh dapat berfungsi sebagai playmaker MEA 2015. Momentum besar kebangkitan Aceh akan segera tiba. Akankah masyarakat Aceh dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk bangkit dari masa transisi atau membiarkan momentum itu lewat karena sudah puas dan nyaman dalam kondisi yang tenang ini?
“Sejarah kepahlawanan (kebangkitan) hanya dapat terjadi jika terdapat momentum dan kemampuan. Momentum tanpa kemampuan tidak akan menjadi sejarah. Kemampuan tanpa ada momentum juga tidak akan menjadi sebuah sejarah”


Rabu, 20 Agustus 2014

Aceh (kini) Madani, InsyaALLAH!

"Di geutanyo meugah pi tan. Areuta pi tuah (tan) han sapue na
Peu cit lale he bangsawan. Tipee syeutan gata nyoe dumna
Kaya Sulaiman ngon meugah that. Donya akhirat that sijahtra
Seudekah le that han ta khimah. Dumna umat neupu beulanja
Keupeu kaya keupeu meugah. Tuwo keu Allah sia-sia"
Kutipan Hikayat Perang Sabil dari pusaka2aceh.wordpress.com

Syair Aceh di atas memberikan saya sebuah penyadaran dan pemahaman bahwasanya kehiduan manusia harus berorientasi pada keridhaan ALLAH semata dan kekayaan, kekuasaan dan jabatan bukanlah yang utama melainkan kebaikan yang mengalir dengan senantiasa mengingat Sang Maha Pencipta, ALLAH Azza Wa Jala - lah yang paling utama. 

Menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yg ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yg berperadaban adalah definisi 'madani' menurut KBBI. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa prinsip dasar madani-nya suatu daerah terkandung dalam makna syair Aceh di atas. Iman yang kuat, pemahaman ilmu dunia dan akhirat yang baik juga peradaban yang maju adalah susunan-susunan kata yang dapat dielaborasi dari syair Aceh di atas. Orang Aceh sejak dulu berarti sudah memahami arti dan makna dari kata 'madani'. Bahkan Aceh dulu di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda merupakan kerajaan dengan wilayah kekuasaan yang hidup madani.Rakyat hidup sejahtera dengan bertani dan berdagang. rakyat juga memegang penuh keyakinan agama Islam. rakyat dan memiliki hubungan yang erat dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Aceh (doeloe) madani, MasyaALLAH!

InsyaALLAH, ya InsyaALLAH merupakan kata yang tepat untuk diucapkan saat ini untuk Aceh madani. dalam satu bulan ini saya menemukan banyak bukti kehiduan yang real bagaimana tokoh-tokoh Aceh, anak muda Aceh dan masyarakat umum Aceh tengah berjuang mewujudkan prinsip-prinsip hidup yang madani. Berjuang melawan gempuran budaya asing dan bisikan syetan yang merusak moral dan keyakinan masyarakat Aceh. Ulama, umara' dan ilmuwan bersatu di Aceh dalam menegakkan syariat Islam yang sempurna dan menyeluruh. tidak diberikan izin di Aceh bagi pengusaha yang ingin membuka tempat-tempat hiburan yang menjerumuskan masyarakat dalam lubang kemaksiatan. Selain itu, mereka juga berjuang agar ekonomi dan pendidikan Islam menjadi prioritas dalam pembangunan Aceh di masa yang akan datang. 

Kami, anak muda Aceh, yang terdidik siap senantiasa menjadi pendukung utama gerakan-gerakan yang bertujuan mewujudkan Aceh madani dimana rakyat hidup sejahtera dengan keimanan yang kuat, keilmuan yang baik dan peradaban yang mulia. Aceh Madani: InsyaALLAH! We will fight for it!

"Kemajuan suatu bangsa ada di telapak tangan dan genggaman anak-anak mudanya"
Reza,2014





Senin, 04 Agustus 2014

Meraih Kebahagiaan yang Hakiki

"Ummi, apa ummi sudah bahagia hidup bersama Abi?"

"Abi mau memberikan ummi kebahagiaan yang hakiki, bukan dengan bergelimpangan harta, tingginya kekuasaan, ketampanan yang tiada tandingan dan tingginya pengakuan sosial pada kita, melainkan kebahagiaan ruh dan hati yang bisa didapat ketika kita sudah berada di Serambi Mekkah sana"
"InsyaALLAH, abi usahakan kita bisa pulang secepatnya. Kita terus memohon ridho ALLAH agar semua keputusan - keputusan besar ini selalu dalam lindungan kasih sayangNya"

Alhamdulillah wa syukrulillah. Akhir bulan Mei 2014, kami berangkat dari Jakarta menuju Aceh meninggalkan keluarga (saya), sahabat dan semua peluang2 karir dan wirausaha di Jakarta. Keluarga Aceh menyambut dengan suka cita dan haru. Nampak kebahagiaan yang sejati dari wajah istriku, wajah mertua dan semua sodara di Aceh melihat kehadiran dan tekad kami untuk menetap di Aceh. Kami yakin janji ALLAH, barangsiapa yang memberikan kebahagiaan dalam jiwa-jiwa muslim yang lain, ALLAH akan berikan juga kebahagiaan yang sejati dalam jiwa ini. Betul, kami rasakan itu suatu kebahagiaan yang belum pernah kami rasakan sebelumnya.

Alhamdulillah wa syukrulillah. Allah berikan pengganti semua peluang karir dan wirausaha di Jakarta dengan peluang karir dan wirausaha di Aceh. sebelumnya jujur saya dan mungkin banyak dari orang Aceh yang sudah lama tinggal di Jakarta tidak mau kembali ke Aceh karena khawatir dan ragu akan masa depan mereka. Mereka lebih memilih untuk hidup di luar Aceh, Jakarta karena dilihat tersedia beribu peluang yang bisa diraih. tapi kami berpikir lain! terbukti ALLAH tidak tidur dan ALLAH berikan imbalan atas upaya kami. Saya diterima kerja di Manajemen Ayam Lepaas Nusantara dan beberapa peluang-peluang menarik lainnya. Alhamdulillah ya ALLAH. terimakasih atas doa-doa mu.

Alhamdulillah wa syukrulillah. Anak kami Muhammad Fatih Fahlevi juga turut bahagia terlihat dari tawa canda dan tingkah lakunya yang kian hari semakin cerdas. Lingkungan tempat tinggal kami sangat bagus untuk tumbuh kembang Fatih. udara yang masih bersih, air yang masih alami, kebun sayur dan buah di samping rumah, ikan sumber protein yang melimpah masih dalam kondisi segar (ikan laut), dan hewan ternak, ayam kampung, bebek, kambing, sapi yang bisa dengan mudah diraba, dipandang dan disantap oleh Fatih. Lingkungan keluarga dan masyarakat di Aceh juga dapat dikatakan jauh lebih baik dari lingkungan masyarakat di Jakarta. secara langsung atau tidak langsung, lingkungan seperti ini sangat mempengaruhi pembentukan karakter, tumbuh kembang jasmani dan kecerdasan Fatih.

Alhamdulillah wa syukrulillah. saya pribadi juga merasakan kenikmatan yang luarbiasa dapat tinggal menetap di Banda Aceh. selepas jam kantor, saya masih bisa menyempatkan diri untuk jogging di Blang Padang, cycling keliling Masjid Raya Baiturrahman, walking sore di Taman Sari. sabtu pagi bisa berenang lepas di Pantai Ulelee atau kayaking di beberapa sungai yang bermuara di banda aceh dan aceh besar dengan biaya cukup ongkos parkir. oh sungguh luarbiasa dan hal yang sulit untuk didapat di Jakarta.

"ummi, alhamdulillah ya"



Kamis, 22 Desember 2011

Rafiatul Rahmah, seorang Bunga Gampong yang sederhana

Kesederhanaan memberikan keindahan, indah dipandang karena ringan dan berkesan (Rahmah, 2011)


Biografi singkat: Rahmah



     Nama Rafiatul Rahmah, Kelahiran Meulaboh, Sabtu 16 Desember 1989. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Rafiuddin Anzib dan Nyak Cut. Nama panggilan yang sudah melekat “Ira” da juga yang memanggil dengan nama “ Rahmah” (sebagian dari guru dan kakak kelas). Alamat : Jln. Generasi Desa senebok Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Adik-adik Ra bernama Nailussa’dah (br kuliah), Fajar Katsar (kelas 3 MTsN Harapan Bangsa Meulaboh, dan yang paling kecil Isra Adzkia (TK Al-Qur’an Meulaboh).
      Rumah pertama tempatku dibesarkan adalah di Batu Putih (Batee Puteh dlm bahasa Aceh), halaman belakangnya lautan luas Samudera India. Bau asin yang khas dari lautan memenuhi udara setiap saat. Rumah berdinding papan yang terletak di pantai Pantee Batee Puteh, Meulaboh dikelilingi pohon kelapa. Ya, di rumah itulah masa bayi dan balitaku.
      Rumah kedua terletak di Kuta Padang (bukan kota di Sumatera Barat), itu nama sebuah desa di Meulaboh yang terletak di tepi pusat ibu kota Kabupaten Aceh Barat. Rumah ini merupakan rumah kontrakan, berdinding semen, beratapkan seng yang dindingnya menyatu dengan dinding tetangga sebelah. Masa Taman Kanak-kanak saat itu, TK Pertiwi Meulaboh.
      Rumah ketiga terletak di Desa Suak Ribee tepatnya Jalan Syah Kuala Lr. Kuta Paya Komplek Puskesmas No. 3. Rumah tempat ku menghabiskan sebagian masa kanak-kanakku hingga beranjak remaja. Mulai dari bersekolah di TK Pertiwi (untuk tahun kedua), kemudian melanjutkan di MIN Drien Rampak Meulaboh, lalu MTsN MODEL Meulaboh-1 (akhir kelas III, karena selebihnya berpindah-pindah di rumah saudara pasca tsunami). Rumah ini memberikan banyak kenangan, begitu banyak hingga tak tau harus Ra ceritakan seperti apa dan bagaimana.

      Rumah keempat, di Desa Senebok tepatnya Jalan Generasi Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Rumah yang dibangun pascatsunami, dengan kondisi awal tanpa lampu, di hutan karet, menjadi rumah (yang bisa dikatakan) perdana yang dibangun di Jalan Generasi itu. Rumah yang kutempati saat persiapan Ujian Akhir Nasional tingkat SLTP/MTs. Walaupun listrik telah menjangkau ke berbagai penjuru Desa di Aceh, namun saat itu Jalan Generasi belum banyak pemukiman penduduk (kecuali di bagian tepi Jalan yang dekat dengan Dinas Kesehatan Kab. Aceh Barat, bahkan di bagian ujung jalan ini belum terdapat pemukiman (bagian dari lokasi rumah Ira). Rumah awal yang dibangun adalah rumah ‘panggong’ dengan tinggi lebih dari 1.5 m. Pembangunan rumah ini dilakukan karena belum jelas perolehan rumah bantuan bencana dari pemerintah. Keluargaku memutuskan untuk menbangun rumah seadanya, agar jarak rumah dengan sekolah dan kantor Ibuku lebih terjangkau. Rumah inilah yang saat ini keluargaku tempati dan Insyaallah tempat dilangsungkannya walimatul ‘urs tanggal 22 Januari 2012.

Muhamad Reza Pahlevi, sang Pemuda Kota yang beruntung

Allah SWT telah meniupkan ruh seorang manusia pada rahim seorang ibu yang mulia dan menitipkan kepadanya amanah sebagai khalifah dan da'i pada bulan keempat sejak tanda kehamilan tampak.Ketika itu ALLAH juga telah menetapkan rezeki dan jodoh yang terbaik kepada seorang anak manusia.

Biografi-ku sampai tahun 2011

Aku dilahirkan dari campuran keluarga pengusaha dan pendidik tulen, keduanya keturunan suku Aceh dan Ibu ada campuran antara Sunda dan Aceh. kedua kakek-ku memiliki posisi strategis pada zamannya sebagai Gecik Gampong dan pejabat teras yang menaungi pendidikan se provinsi Aceh. keduanya memang memiliki catatan kepemimpinan yang luarbiasa. aku sadari bakat kepemimpinan itu melekat kuat padadiriku. suatu hari nanti, aku yakin insyaALLAH dapat kembali menggoreskan catatan kepemimpinan yang pernah digoreskan oleh kedua kakekku kelak nanti di negeri Serambi Mekkah.

Pasar Enjok: rumah pertamaku:)

Aku lahir tepatnya pada tanggal 27 Desember 1987 di kota Medan, Sumatera Utara. lima tahun aku dibesarkan oleh ibu asuh karena setengah hari lamanya ibuku harus pergi mengajar di rumah yang terbilang sangat luas untuk ukuran sekarang. terdapat balai tempat kami shalat dan belajar qur'an, kebun tebu, pohon jambu, di bibir mulut sungai kecil dan halaman tanah yang luas biasanya ku bermain sepeda, layang2 dan kembang api. Setelah lima tahun lamanya, ayah dan sekeluarga merantau ke Jakarta. pertama kali, kami tinggal di sebuah apotik tua, di tengah2 pasar, pasar 'Enjok' orang menyebutnya. aku menyelesaikan studi ku di TK AB-Baasiyah dengan prestasi yang cukup cemerlang tapi krakter diriku sangat melankolis dan cengeng. alhamdulillah, setelah 2 tahun disana, ayah ibu mengajak kami ke rumah baru. Rumah kedua kami di Jakarta ini masih tidak begitu jauh dari pasar, dibalik tembok jalur kereta api yang berhenti di Stasiun Jatinegara. rumah ini juga berada di tengah2 areal pemukiman orang2 Jakarta berekonomi menengah ke bawah. rumah yang beralaskan semen, beratapkan asbes, berdinding kayu triplek dan dikelilingi dengan satu rumah juragan tanah yang besar, pohon mangga, rumah pendduk yang lebih berada, rongsokan besi2 tua, kandang ayam dan gunungan abu gosok yang menjulang setinggi rumah tingkat 3.  

Secara bertahap, perekonomian keluarga makin hari makin membaik sehingga ibu dapat membeli rumah di bilangan pemukiman penduduk yang sederhana dan jauh lebih layak dengan nuansa lingkungan yang asri dan kondusif bagi aku dan adik untuk tumbuh dan berkembang. dengan pendidikan keluarga yang religius, harmonis dan demokratis, aku tumbuh berkembang menjadi anak muda yang percaya diri, cerdas dan aktif. sejak sd sampai sma, banyak prestasi akademik dan non akademik telah kuraih (berkat doa orang tua dan ridha ALLAH SWT) . pertukaran pelajar ke Amerika selama sepuluh bulan lamanya mrupakan salah satu capaian yang luarbiasa belajar untuk dapat bertahan dan berkarya di negeri Paman Sam, punya ceritera sendiri.

Bahtera Perjuangan
Kini, aku menyandarkan bahtera perjuanganku di kampus IPB, darmaga tepatnya pada Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas  Teknologi Pertanian. cita-citaku untuk menjadi dokter anak berubah menjadi dokter pangan hehehe... selama di kampus pertanian inilah, catatan perjuangan dan pengorbanan ku mulai tertulis dalam memoar hidupku. berjuang bersama rekan-rekan dan sahabat BEM TPB, FATETA dan terakhir KM serta Jabodetabek, Bogor dan Seluruh Indonesia membawa pelajaran yang sangat berharga, investasi jangka panjang yang tak ternilai harganya. kini, aku berniat untuk menggenapkan setengah agamaku dengan melalui sebuah pernikahan yang penuh keberkahan bersama seorang akhwat bernama Rafiatul Rahmah. Allah SWT mengabulkan permohonan ku:) selain itu, penyelesaian studi ku di ITP menjadi salah satu prioritas lain yang tak kalah pentingnya dan memulai bisnis rumahtangga berbasis pangan lokal di beberapa desa lingkar kampus, melibatkan ibu2 rumah tangga. 

Minggu, 18 Desember 2011

Anjuran Menikah bagi Dirimu dan Diriku

"Kehidupan rumah tangga adalah ibadah. kehidupan itu hanya dapat diawali dengan sebuah pernikahan. pernikahan yang bertujuan untuk memenuhi kewajiban sebagai muslim demi mengharap kebaikan dan ridho ALLAH SWT dengan melahirkan generasi-generasi rabbani yang unggul"

Anjuran Menikah
Melalui ayat ini, ALLAH SWT menentukan bahwasanya menikah adalah kewajiban bagi setiap insan yang mengaku Islam sebagai pedoman hidupnya. pernikahan juga merupakan setengah dari perjalanan seorang muslim. walaupun demikian masih saja banyak orang muslim yang tidak menikah dengan seribu alasan. padahal jikalau dilihat dari segi finansial dan kedewasaan, sudah cukup bagi diri mereka untuk menyegerakan proses pernikahan, namun yang mereka tempuh justru perbuatan maksiat berupa perzinaan. Na'udzubillah min dzaalik! 

"Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki' (QS An-Nisa 4 : 3)



Seorang Ibnu Mas'ud berkata, "Meski sisa usiaku tinggal 10 hari, aku lebih senang untuk menikah supaya aku tidak bertemu ALLAH SWT dalam keadaan membujang".  setiap orang tua yang memahami anjuran menikah ini bagi anak-anaknya, saat mengetahui anaknya sudah bermimpi dan mampu menikah, sang orangtua akan langsung berdiskusi dengan anaknya, membantunya, mendorongnya dan mencarikan calon untuknya dari keturunan orang yang beragama dan terjaga kesuciannya. inilah cara mereka untuk menyucikan hidup dan mendorong anaknya menuju jalan yang mulia. 








Semoga bermanfaat bagi dirimu dan diriku dalam memantapkan niat dan usaha kita menuju pernikahan yang diberkahi ALLAH SWT. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman kita juga. Ayo segera menyusul kawan! :)

Selasa, 13 Desember 2011

PERNIKAHAN ADAT ACEH YANG ISLAMI

Menikah adalah sunahku, maka barangsiapa tidak suka dengan sunahku, ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah, karena aku akan membanggakan jumlahmu yang banyak di hari akhir nanti (HR. Ibnu Majah dari Aisyah r.a.) 

PERNIKAHAN ADAT ACEH YANG ISLAMI
Jak keumaloen :Jak keumaloen  adalah tahap awal sebelum menuju tahapan tahapan lainnya, dimana jika seorang laki-laki dinilai sudah cukup dewasa dan sudah siap berumah tangga maka orang tua mencarikan calon istri untuk nya atau si jejaka sudah memiliki calon sendiri, hal pertama yang dilakukan adalah mengutus beberapa orang yang di tuakan yang cakap dalam berbicara dari pihak laki-laki untuk bersilaturrahmi ke rumah keluarga sang perempuan untuk menanyakan status si perempuan apakah sudah ada yang punya atau tidak ?? dan kalau ternyata sang perempuan belum ada yang punya dan belum ada ikatan dengan siapapun baru lah sang utusan mengutarakan lamaran nya, jika sambutan dari pihak perempuan memeberi pertanda yang baik maka di lanjutkan ke tahapan selanjut nya. Dan utusan dari keluarga pihak laki-laki ini disebut seulangkee. Pada tahap ini keluarga pihak laki-laki juga membawa bungoeng jaroe semacam bingkisan untuk keluarga pihak perempuan.

Ba ranup (melamar/meminang):
Setelah tahapan jak keumaloen dan keluarga si perempuan merespon dengan jawaban yang baik, maka pihak keluarga laki-laki pun kembali mengutus seulangkee untuk melamar secara resmi dengan membawa sirih symbol penguat ikatan, dan setelah pihak laki-laki mengutarakan lamaran nya, maka keluarga akan bermusyawarah dengan si gadis apakah lamaran nya akan di terima atau tidak, jikalau di terima maka akan berlanjut ke tahapan selanjut nya.

Jak ba Tanda (tanda jadi) :
Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat (tanda jadi). Biasanya pihak calon linto membawa sirih lengkap dengan macam-macam bahan makanan kaleng, seperangkat pakaian yang dinamakan lapek tanda dan perhiasan dari emas sesuai kemampuan calon linto baro(mempelai pria). Ba tanda ini ditempatkan di dalam “talam/dalong” yang dihias sedemikian rupa; sebagai “balasan/balah idang” tempat yg sudah kosong tadi diisi dengan kue-kue dari pihak calon dara baro, acara balah idang ini dilaksanakan bisa langsung atau setelah beberapa hari kemudian. Dalam kesempatan ini sekaligus dibicarakan hari, tanggal pernikahan, jeulame (mas kawin), peng angoh (uang hangus), jumlah rombongan pihak linto serta jumlah undangan.  Menurut norma adat, bila ikatan pertunangan putus di tengah jalan disebabkan oleh pihak pria, maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Apabila putusnya hubungan penyebabnya pihak wanita, maka pihak wanita harus mengemblikan tanda emas tersebut dua kali lipat.

Prosesi pernikahan:
Sesudah tanggal pernikahan dan mahar ditetapkan maka persiapan menuju perosesi pernikahan, ritual yang biasanya dilakukan oleh calon pengantin wanita adalah berinai dimana sang pengantin wanita selama 3 malam berturut memakai inai pada tangan dan kaki, kemudian sang calon pengantin pria dan wanita juga di peusijuk (tepung tawar) oleh kerabat dekat mereka di rumah masing masing mempelai, karena keduanya baru akan bertemu di hari akad nikah.
 
 
Hari pernikahan (peugatib)
Pernikahan biasanya di lakukan di rumah pihak mempelai wanita atau di mesjid terdekat, biasanya mempelai wanita menunggu sampai ijab Kabul selesai baru kemudian menemui sang suami Sesudah prosesi akad nukah seles
ai kedua mempelai akan ek sandeng pelamin (disandingkan di pelaminan), dalam adat aceh ada prosesi intat linto (mengantar mempelai pria ke rumah wanita), acara setelah akad nikah di rumah mempelai wanita menunggu sang mempelai pria datang di antar oleh rombongan, ketika rombongan sudah sampai  dirumah mempelai wanita maka mempelai pria akan di sambut oleh mempelai wanita dan keluarga, sebelum masuk kedalam rumah dan disandingkan terlabih dahulu rombongan mempelai pria disambut dengan tarian ranup lampuan, setelah tarian usai rombongan pun masuk dan kedua pegantin di sanding di atas pelaminan, kemudian kembali di peusijuk (tempung tawar) oleh kedua orang tua dari kedua belah pihak dan keranat yang dituakan secara bergantian. Kemudian kepala rombongan dan sang tuan rumah menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan.

Berselang beberapa hari kemudian di adakan prosesi tueng dara baro( menunggu mempelai wanita) di rumah mempelai pria oleh seluruh karib kerabat, orang tua dari mempelai pria, prosesi saja sama seperti yang dilakukan pada acara intan linto.

Pada masa lampau  kaum bangsawan selalu membuat upacara pernikahan dirumah calon mempelai wanita (dara baro). Pernikahan (peugatip) dilakukan beberapa hari sebelum upacara wo linto/meukeurija (pesta) . Sebelum meukeurija diadakan meudeuk pakat (bermufakat) dengan orang tua adat, dan anggota keluarga serta pemuka masyarakat yang terdiri dari tuha peet (penasehat) , kechik gampong (kepala desa), ‘Imum meunasah (imam langgar). Biasanya musyawarah dipimpin oleh orang tua calon mempelai wanita (daro baro, atau yang mewakili-nya)

Dalam upacara perkawinan Aceh, makanan kecil atau kue-kue tidak boleh ditinggalkan adalah buluekat dengan tumpo (ketan), manok panggang (ayam panggang), buleukat dengan pisang teu peungat atho kaya (ketan dengan srikaya), dodoi (dodol), wajek, halua, meuseukat, thimpan serta kue-kue kering yang disebut reumok tho, kekarah, kembang goyang (kembang loyang bhoi/bolu) bungong kaye (bunga kayu), sedangkan lauk-pauk yang biasa dihidangkan pada pesta anatara  lain :

•  Gule boh panah (sayur nangka khas Aceh)
•  Masak keuruema/masak puteh (masak semacam opor)
•  Shie masak mirah (daging masak merah)
•  Semur Aceh
•  Engkot tumeh (ikan tumis khas Aceh)
•  Engkot masam keung (ikan masam asam pedas)
•  Udeung tumeh (tumis udang khas Aceh)
•  Shie cuka (daging masak cuka)
•  Sambai gureng ate (sambal goreng ati)
•  Boh itek jruek (telur bebek asin)
•  Boh reuteuk crah (tumis kacang panjang)
 
Diatas ini adalah hal-hal terkait adat Aceh yang sebaiknya untuk dilakukan dalam suatu pernikahan yang menjunjung tinggi budaya Aceh karena selain agama, budaya setempat memiliki peranan penting pula dalam tatanan bermasyarakat. Islam adalah agama yang diperuntukkan untuk seluruh alam, artinya agama Islam memiliki ajaran-ajaran yang dapat diaplikasikan di seluruh budaya yang ada di dunia tanpa menghilangkan corak asli budaya yang khas dari setiap daerah. subhanallah! tidak ada kewajiban memang sebagai seorang muslim untuk menyelenggarakan pernikahan sesuai dengan adat setempat dan menyelenggarakan pernikahan sesuai dengan adat tidak ada larangannya selagi tidak bertentangan dengan syariat dan akidah. Penyelenggaraan pernikahan dengan menggunakan adat Aceh sebagai contoh sama sekali tidak ada hal-hal yang melanggar syariat dan akidah sehingga insyaALLAH tergolong dalam kategori Islami. 

Semoga bermanfaat bagi para pemuda dan pemudi yang hendak menyegerakan sunah rasul ini. Semoga barokah!